Rabu, 23 Maret 2016

Terapi terapi di psikoanalisis



Dalam melakukan terapi psikoanalisa ini ada beberapa teknik yang dapat digunakan, yaitu sebagai berikut :

1.      Asosiasi Bebas

Asosiasi bebas sebagai teknik utama dalam psikoanalisis. Salah satu pasien Freud, menyebut metode free association sebagai “penyembuhan dengan bicara”. Maksudnya suatu metode terapi yang dirancang untuk memberikan kebebasan secara total kepada pasien dalam mengungkapkan segala apa yang terlintas dibenaknya, termasuk mimpi-mimpi, berbagai fantasi, dan hal-hal konflik dalam dirinya tanpa diagenda, dikomentari, ataupun banyak dipotong, apalagi disensor. Asosiasi bebas merupakan suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lampau dan pelepasan emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi traumatis masa lalu, yang kemudian dikenal dengan katarsis. Asosiasi merupakan salah satu dari peralatan dasar sebagai pembuka pintu keinginan, khayalan, konflik, serta motivasi yang tidak disadari. Dalam tehnik ini Freud menggunakan Hipnotis untuk mendapatkan data-data dari klien mengenai hal-hal yang dia pikirkan dialam bawah sadarnya, dengan tehnik ini klien dapat mengutarakan apapun yang dia rasakan tanpa ada yang disembunyikan sehingga psikoterapis dapat menganalisis masalah apa yang sebenarnya terjadi pada klien. Penerapan metode ini dilakukan dengan posisi klien berbaring diatas dipan/sofa sementara terapis duduk dibelakangnya, sehingga tidak mengalihkan perhatian klien pada saat-saat asosiasinya mengalir dengan bebas. Dalam hal ini terapis fokus bertugas untuk mendengarkan, mencatat, menganalisis bahan yang direpres, memberitahu/membimbing pasien memperoleh insight (dinamika yang mendasari perilaku yang tidak disadari).

2.      Interpretasi atau Penafsiran

Interpretasi adalah prosedur dasar yang digunakan dalam analisis asosiasi bebas, analisis mimpi, analisis resistensi dan analisis transparansi. Caranya adalah dengan tindakan-tindakan terapis untuk menyatakan, menerangkan, dan mengajarkan klien makna-makna tingkah laku apa yang dimanifestasikan dalam mimpi, asosiasi bebas, resistensi, dan hubungan terapeutik itu sendiri. Fungsi interpretasi adalah membiarkan ego untuk mencerna materi baru dan mempercepat proses menyadarkan hal-hal yang tersembunyi atau proses pengungkapan alam bawah sadar secara lebih lanjut. Penafsiran yang diberikan oleh terapis menyebabkan adanya pemahaman dan tidak terhalanginya alam bawah sadar pada diri klien. Analis harus benar-benar menyadari mekanisme-mekanisme dan berbagai dorongan untuk mempertahankan dirinya sebab kalau tidak dia akan jatuh ke dalam perangkap penafsiran terhadap berbagai perasaan dan pikiran dinamik pasien menurut sederet pengalaman dan masalah hidup analis sendiri. Penafsiran oleh analis harus memperhatikan waktu. Dia harus dapat memilah atau memprediksi kapan waktu yang baik dan tepat untuk membicarakan penafsirannya kepada pasien.

3.      Analisis Mimpi

Studi Freud yang mendalam tentang mimpi melahirkan pandangan-pandangan kritisnya tentang hal ini. Baginya mimpi merupakan perwujudan dari materi atau isi yang tidak disadari, yang memasuki kesadaran lewat yang tersamar dan bersifat halusinasi atas keinginan-keinginan yang terpaksa ditekan. Mimpi memiliki dua taraf, yaitu isi laten dan isi manifes. Isi laten terdiri atas motif-motif yang disamarkan, tersembunyi, simbolik, dan tidak disadari. Karena begitu menyakitkan dan mengancam, maka dorongan-dorongan seksual dan perilaku agresif tak sadar ditransformasikan ke dalam isi manifes yang lebih dapat diterima, yaitu impian yang tampil pada si pemimpi sebagaimana adanya. Bagian teori tentang mimpi yang paling hakiki dan vital bagi Freud adalah adanya kaitan antara distorsi mimpi dengan suatu konflik batiniah atau semacam ketidakjujuran batiniah. Oleh karena itu Freud mencetuskan teknik analisis mimpi. Analisis mimpi merupakan prosedur yang penting untuk membuka hal-hal yang tidak disadari dan membantu klien untuk memperoleh pemahaman kepada masalah-masalah yang belum terpecahkan. Selama tidur, pertahanan-pertahanan melemah, sehingga perasaan-perasaan yang direpres akan muncul ke permukaan, meski dalam bentuk lain. Freud memandang bahwa mimpi merupakan “jalan istimewa menuju ketidaksadaran”, karena melalui mimpi tersebut hasrat-hasrat, kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan tak sadar dapat diungkapkan. Pada teknik ini biasanya para psikoterapis memfokuskan mimpi-mimpi yang bersifat berulang, menakutkan dan sudah pada taraf mengganggu. Tugas terapis adalah mengungkap makna-makna yang disamarkan dengan mempelajari simbol-simbol yang terdapat dalam isi manifes. Di dalam proses terapi, terapis juga dapat meminta klien untuk mengasosiasikan secara bebas sejumlah aspek isi manifes impian untuk mengungkap makna-makna yang terselubung.

4.      Analisis dan interpretasi resistensi

Resistensi adalah sesuatu yang melawan kelangsungan terapi dan mencegah klien mengemukakan bahan yang tidak disadari. Selama asosiasi bebas dan analisis mimpi, klien dapat menunjukkan ketidaksediaan untuk menghubungkan pikiran, perasaan, dan pengalaman tertentu. Freud memandang bahwa resistensi dianggap sebagai dinamika tak sadar yang digunakan oleh klien sebagai pertahanan terhadap kecemasan yang tidak bisa dibiarkan, yang akan meningkat jika klien menjadi sadar atas dorongan atau perasaan yang direpres tersebut. Analisis dan penafsiran resistensi, ditujukan untuk membantu klien agar menyadari alasan-alasan yang ada dibalik resistensi sehingga dia bisa menanganinya, terapis meminta klien menafsirkan resistensi. Tujuannya adalah mencegah material-material mengancam yang akan memasuki kesadaran klien, dengan cara mencegah klien mengungkapkan hal-hal yang tidak disadarinya.

5.      Analisis dan interpretasi transferensi

Transferensi adalah pengalihan sikap, perasaan dan khayalan pasien. Transferensi muncul dengan sendirinya dalam proses terapeutik pada saat dimana kegiatan-kegiatan klien masa lalu yang tak terselesaikan dengan orang lain, menyebabkan dia mengubah masa kini dan mereaksi kepada analisis sebagai yang dia lakukan kepada ibunya atau ayahnya ataupun siapapun. Transferensi berarti proses pemindahan emosi-emosi yang terpendam atau ditekan sejak awal masa kanak-kanak oleh pasien kepada terapis. Dalam keadaan neurosis, merupakan pemuasan libido klien yang diperoleh melalui mekanisme pengganti atau lewat kasih sayang yang melekat dan kasih sayang pengganti. Transferensi dinilai sebagai alat yang sangat berharga bagi terapis untuk menyelidiki ketidaksadaran pasien karena alat ini mendorong klien untuk menghidupkan kembali berbagai pengalaman emosional dari tahun-tahun awal kehidupannya. Teknik analisis transferensi dilakukan agar klien mampu mengembangkan tranferensinya guna mengungkap kecemasan-kecemasan yang dialami pada masa lalunya (masa anak-anak), sehingga terapis punya kesempatan untuk menginterpretasi tranferen. Dan pada teknik ini terapis menggunakan sifat-sifat netral, objektif, anonim, dan pasif serta tidak memberikan saran. Transferensi pada tahap yang paling kritis berefek abreaksi (pelepasan tegangan emosional) pada pasien. Efek lain yang mungkin, ada dua, yaitu positif dan negatif. Positif: saat pasien secara terbuka mentransferkan perasaan-perasaannya sehingga menyebabkan kelekatan, ketergantungan, bahkan cinta kepada terapis. Negatif: saat kebencian, ketidaksabaran, dan kadang-kadang perlawanan yang keras terhadap terapis. Dan ini dapat berefek fatal terhadap proses terapi.



Terapi psikoanalisa ini dapat dihentikan atau dianggap selesai saat klien mengerti akan kenyataan yang sesungguhnya, alasan mengapa mereka melakukan perilaku abnormal, dan menyadari bahwa perilaku tersebut tidak seharusnya mereka lakukan, lalu mereka sadar untuk menghentikan perilaku itu. Terapi psikoanalisa bertujuan untuk mengubah kesadaran individu, sehingga segala sumber permasalahan yang ada didalam diri individu yang semulanya tidak sadar menjadi sadar, mengatasi tahap-tahap perkembangan tidak terpecahkan, membantu klien menyesuaikan dan mengatasi masalahnya, rekonstruksi kepribadian serta meningkatkan kontrol ego sehingga dapat menghadapi kehidupan yang realita, dan mengubah perilaku klien menjadi lebih positif.

Terapi psikoanalisa ini lebih efektif digunakan untuk mengetahui masalah pada diri klien, karena prosesnya dimulai dari mencari tahu pengalaman-pengalaman masa lalu pada diri klien. Apalagi terapi ini memiliki dasar teori yang kuat. Terapi ini bisa membuat klien mengetahui masalah apa yang selama ini tidak disadarinya. Namun terapi ini tetap memiliki kekurangan seperti diperlukan waktu yang panjang dalam melaksanakan terapi, memakan biaya yang banyak, dan memungkinkan klien menjadi jenuh saat terapi.
Saya sangat menyukai teknik dari terapi psikoanalisis yang analisis dan interpretasi transferensi karena menurut saya teknik ini sangat baik untuk digunakan ke pasien karna kan dari pengalihan sikap dan perasaan kita dapat mengubah perasaan pasien yang tadinya sedfih menjadi senang lalu kita juga bisa merubah sikap pasien yang tadinya putus asa menjadi semangat karena ada pengalihan yang kita berikan.   



DAFTAR PUSTAKA

 Palmer, Stephen. (2011). Konseling Psikoterapi diterjemahkan dari Introduction to Counselling and Psychotherapy. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

terapi psikoanalisis



Terapi psikoanalisa

Psikoterapi bertujuan untuk membantu klien menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. Ada beberapa macam jenis terapi, salah satunya adalah terapi psikoanalisis. Psikoanalisis merupakan konsep yang dikemukakan oleh Sigmund Freud. Konsep ini mengungkapkan tahapan psikoseksual yang terjadi dalam kehidupan individu. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut, anal, oral, falik, laten, dan genital. Selain itu Freud juga terkenal dengan konsep mengenai stuktur ego.

Terapi psikoanalisis sendiri lebih banyak menggunakan metode di mana klien mengungkapkan materi yang berada dalam alam bawah sadar yang bisa ditangani. Fokusnya terutama pada pengalaman di masa kanak-kanak yang dibahas, direkonstruksi, diinterpretasi dan dianalisis. Terapi psikoanalisis dapat berjalan dengan baik bila terapis dapat menjalin hubungan yang transferens dengan klien. Yang dimaksud dengan hubungan yang transferens adalah hubungan di mana klien dapat menyampaikan mengenai perasan dan khayalannya, baik itu yang positif maupun negatif. Dalam proses transferensi klien menjalin kelekatan dengan terapisnya.

Terapis memiliki kepedulian untuk membantu klien mendapatkan kesadaran diri, kejujuran, hubungan antar pribadi yang efektif, menangani kecemasan dengan cara yang realistic, dan mengontrol perilaku yang implusif dan irasional. Sasaran terapi ini adalah untuk menjadikan klien yang tadinya tidak sadar menjadi sadar dan memperkokoh ego sehingga perilaku lebih didasarkan pada hal yang nyata.
Terapis lalu membuat penafsiran untuk mengajarkan klien tentang makna tingkah lakunya sekarang sambil menghubungkannya dengan masa lalu klien. Tujuan terapi berdasarkan pendekatan Psikoanalisa menurut Corey dalam Lubis (2011), yaitu:
1.    Membuat hal-hal yang tidak disadari menjadi disadari.
2.    Merekonstruksi kepribadian dasar.
3.    Membantu klien menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak dengan menembus konflik-konflik yang di represi.
4.    Memunculkan kesadaran intelektual.

Menurut Lubis (2011) tujuan khusus psikoanalisa adalah membentuk kembali struktur kepribadian individu melalui pengungkapan hal-hal yang tidak disadari. Untuk itu, klien akan dibawa mundur kepada pengalaman masa kanak-kanaknya yang kemudian pengalaman tersebut akan dianalisis dan ditafsirkan sehingga terjadi rekonstruksi kepribadian pada diri klien. Cottone dalam Lubis (2011) menambahkan tujuan psikoanalisis adalah untuk memperkuat ego (ego strength) klien dan menempatkannya dalam posisi yang benar sehingga mampu memilih secara rasional. Ego strength bermakna sebagai kemampuan klien mengintegrasikan id dan superego tanpa ada konflik dan usaha represi. Selanjutnya tujuan psikoanalisa secara perinci juga dikemukakan oleh Nelson Jones dalam Lubis (2011), antara lain:
1.    Bebas dari impuls
2.    Memperkuat realitas atas dasar fungsi ego.
3.    Mengganti superego sebagai realitas kemanusiaan, bukan sebagai hukuman standar moral.

Kekurangan dalam metode psikoanalisis adalah :
·         Pandangan yang terlalu merendahkan martabat kemanusiaan
·          Tidak memiliki konsekuensi-konsekuensi empiris
·         Proses penalaran tidak dikemukakan secara eksplisit
·         Tidak menjawab bagaimana pengaruh timbal balik antara kateksis dan anti kateksis
Kelebihan dalam metode psikoanalisa adalah :
·         Adanya motivasi yang tidak disadari memungkinkan seseorang untuk dapat berbuat “lebih”
·          Dapat menggali informasi lebih dalam
·          Berusaha menggambarkan individu-individu sepenuhnya yang hidup sebagian dalam dunia kenyataan dan sebagian lagi dalam dunia khayalan, tetapi sekaligus mapu berpikir dan bertindak secara rasional

Sumber :
Correy, Gerald. 1995. Teori dan praktek dari konseling dan psikoterapi. Edisi ke 4. Diterjemahkan oleh : Drs. Mulyarto. Semarang : IKIP Semarang Press.
Hall, C.S. and Lindzey. (1993). Teori-Teori Psikodinamik (Klinis). Kanisius : Yogyakarta
Lubis, Lumongga Namora. (2011). Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana Prenada Media Group