FENOMENA DEPRESI
Pengertian
Depresi
Depresi merupakan gangguan mental yang
sering terjadi di tengah masyarakat, berawal dari stres yang tidak diatasi,
maka seseorang bisa jatuh ke fase depresi. Penyakit ini kerap diabaikan karena
dianggap bisa hilang sendiri tanpa pengobatan. Padahal, depresi yang tidak
diterapi dengan baik bisa berakhir dengan bunuh diri.
Menurut
Mendels (dalam Meyer, 1984 : 159) mengatakan bahwa individu mengalami depresi
jika individu mengalami gajala-gejala rasa sedih, pesimis, membenci diri
sendiri, kehilangan energi, kehilangan konsentrasi, dan kehilangan motivasi.
Selain itu individu juga kehilangan nafsu makan, berat badan menurun, insomnia,
kehilangan libido, dan selalu ingin menghindari orang lain.
Depresi
pada lanjut usia kemungkinan akan sangat berkaitan dengan proses penuaan yang
terjadi pada diri lanjut usia, pada fase tersebut sering terjadi perubahan
fisik dan mental yang mengarah ke penurunan fungsi. Proses menjadi tua
menghadapkan lanjut usia pada salah satu tugas yang paling sulit dalam perkembangan
hidup manusia. Hurlock (1992 : 387 ) mengemukakan beberapa masalah yang umumnya
unik pada lanjut usia, yaitu :
- Keadaan fisik lemah dan tidak berdaya, sehingga bergantung pada orang lain.
- Menentukan kondisi fisik yang sesuai dengan perubahan status ekonominya.
- Mencari teman untuk mengganti pasangan yang meninggal atau cacat.
- Mengembangkan kegiatan untuk mengisi waktu luang yang semakin bertambah.
- Belajar untuk memperlakukan anak – anak yang sudah besar sebagai orang dewasa.
- menjadi korban kriminalitas karena tidak sanggup lagi mempertahankan diri.
Jadi
keadaan depresi dapat diketahui dari gejala dan tanda yang penting yang
mengganggu kewajaran sikap dan tindakan individu atau menyebabkan kesedihan
yang mendalam.
2.
Aspek Depresi
Depresi memiliki beberapa aspek
emosional, kognitif, motivasional, dan fisik.
a.Aspek yang dimanifestasikan secara
emosional, yaitu:
·
Perasaan kesal atau patah hati (dejected mood)
·
Perasaan negatif terhadap diri sendiri
·
Hilangnya rasa puas
·
Hilangnya keterlibatan emosional dalam melakukan pekerjaan atau
hubungan dengan orang lain
·
Kecenderungan untuk menangis diluar kemauan
·
Hilangnya respon terhadap humor
b.
Aspek depresi yang dimanifestasikan secara kognitif, yaitu:
- Rendahnya evaluasi diri
- Citra tubuh yang terdistorsi.
- Harapan yang negatif
- Menyalahkan dan mengkritik diri sendiri
- Keragu-raguan dalam mengambil keputusan
c. Aspek yang dimanifestasikan secara motivasional,yaitu :
meliputi
pengalaman yang disadari penderita, yaitu tentang usaha, dorongan, dan keinginan.
Ciri utamanya adalah sifat regresif motivasi penderita, penderita tampaknya
menarik diri dari aktifitas yang menuntut adanya suatu tanggung jawab,
inisiatif bertindak atau adanya energi yang kuat.
d. Aspek depresi yang muncul sebagai gangguan fisik meliputi :
kehilangan
nafsu makan, gangguan tidur, kehilangan libido, dan kelelahan yang sangat.
Jadi
depresi terjadi karena hilangnya objek eksternal yang bernilai tinggi bagi
individu tersebut. Kehilangan didefinisikan sebagai kehilangan objek cinta utama,
yaitu sesorang, sesuatu atau aktifitas.
Menurut
teori kognitif,
Depresi
disebabkan oleh adanya bentuk-bentuk pemikiran yang tidak logis. Individu yang
depresi cenderung berpikir dengan cara yang menyimpang dan penyimpangan ini
menimbulkan masalah baru dan memperburuk keadaan yang ada serta meningkatkan
perputaran yang memyebabkan depresi. Hal ini dipertegas oleh Ellis (dalam
Meyer, 1984 : 187) yang mengatakan bahwa cara individu memandang dan berpikir
tentang dirinya sendiri akan menimbulkan gangguan tertentu seperti depresi
.
4.Faktor-faktor yang Menyebabkan Depresi
Menurut Birren (1980 : 629) ada beberapa faktor yang menimbulkan depresi, yaitu :
4.Faktor-faktor yang Menyebabkan Depresi
Menurut Birren (1980 : 629) ada beberapa faktor yang menimbulkan depresi, yaitu :
a.Faktor individu
yang meliputi :
- Faktor biologis seperti genetik, proses menua secara biologis, penyakit fisik tertentu.
- Faktor psikologis seperti kepribadian, proses menua secara psikologis. Pada kepribadian introvert akan berusaha mewujudkan tuntutan dari dalam dirinya dan keyakinannya, sedangkan kepribadian ekstrovert membentuk keseimbangan dirinya dengan menyesuaikan keinginan - keinginan dari orang lain.
b.Faktor kejadian - kejadian hidup yang penting bagi individu
Kehilangan seseorang ataupun sesuatu dapat menimbulkan depresi. Penyakit fisik juga berhubungan dengan serangan afeksi karena penyakit merupakan ancaman terhadap daya tahan individu, terhadap kemampuan kerjanya, kemampuan meraih apa yang diinginkannya dan merupakan ancaman terhadap aktifitas motorik dan perasaan sejahtera individu.
c. Faktor lingkungan yang meliputi faktor sosial, faktor budaya, dan faktor lingkungan fisik.
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan depresi, diantaranya adalah proses menua secara biologis, penyakit fisik, kepribadian, kehilangan orang yang dicintai, dan faktor lingkungan.
Hubungan Antara Kebutuhan Berafiliasi Dengan Kecenderungan Depresi Pada Wanita Lanjut Usia
Manusia dilahirkan sebagai makhluk sosial karena setiap manusia memiliki kebutuhan untuk dapat intim atau akrab dengan sesamanya (need for intimacy) dimana kebutuhan ini muncul pertama kali pada saat seorang bayi ingin menjalin kontak dengan orang lain.
Hal
ini ditambahkan oleh Mc Dougall (dalam Atkinson & Hillgard, 1996 : 6) yang
menyatakan bahwa salah satu naluri manusia yaitu suka berteman. Jika kebutuhan
untuk kontak dengan orang lain atau berinteraksi sosial tidak dapat terpenuhi
maka akan menimbulkan perasaan tertekan pada individu yang bersifat subyektif.
Dengan berjalannya waktu, sesungguhnya kebutuhan tersebut tetap sama sepanjang masa remaja atau dewasa, kebutuhan tersebut dapat langsung terpenuhi tanpa mengalami kesulitan yang berarti. Keterlibatan individu pada situasi sekolah, kerja, teman sekelompok dan pasangan hidup, dengan kemampuan mobilitas yng tinggi lebih memungkinkan terjadinya kontak sosial. Tetapi pada masa lanjut usia terjadi perubahan-perubahan dalam peran sosial dan emosional.
Dengan keadaan yang seperti itu, para lanjut usia diharapkan melakukan penyesuaian diri dengan tugas-tugas perkembangan yang dihadapi. Lanjut usia diharapkan dapat menyesuaikan diri terhadap kemunduran kesehatan, pensiun, kematian pasangan hidup dan mengembangkan hubungan kedekatan dengan teman seusia serta anak, cucu atau keluarga lainnya.
Namun,
sejalan dengan perkembangan masyarakat menuju modernisasi terjadi pula
pergeseran dalam pola interaksi keluarga. Perubahan-perubahan yang cepat,
kesibukan, pekerjaan dan munculnya teknologi baru yang dapat menimbulkan
kesenjangan pengalaman antar generasi tua dan muda. Akibatnya komunikasi dan
keakraban hubungan didalam keluarga menjadi berkurang. Penghargaan terhadap
lanjut usia sering hanya diwujudkan dalam bentuk materi.
Pada dasarnya lanjut usia masih membutuhkan perhatian dan dukungan dari keluarganya sebagai tempat bergantung yang terdekat. Lanjut usia ingin hidup bahagia dan tenang dihari tua serta masih ingin diakui keberadaannya. Namun seiring dengan bertambah tuanya individu, anak – anak dan teman – temannya juga semakin sibuk dengan masalahnya sendiri.
Sebenarnya lanjut usia tidak akan menimbulkan masalah yang berarti bagi keluarganya apabila keluarganya masih sanggup merawatnya. Namun, bila keluarganya menjadi semakin sibuk dan tidak memiliki waktu dan tenaga untuk merawatnya, salah satu jalan yang dipilih adalah dengan menempatkan lanjut usia di panti werdha. Keputusan keluarga untuk menempatkan lanjut usia di panti werdha belum tentu diterima oleh lanjut usia. Lanjut usia mungkin saja merasa terbuang, tidak dibutuhkan lagi, terisolasi dan kehilangan orang – orang yang dicintai (Turner & Helms, 1983). Hal ini menyebabkan lanjut usia harus mampu menyesuaikan diri diri dan menjalin hubungan yang baik dengan sesama penghuni panti, apabila lanjut usia tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan panti, lanjut usia akan merasa kesepian dan mudah mengalami depresi.
Salah satu cara umum untuk mengatasi depresi adalah dengan cara berafiliasi atau berintegrasi dengan orang lain. Kebutuhan berafiliasi pada lanjut usia terutama mengarah pada kebutuhan berada dengan keluarganya terutama anak – anaknya karena kebersamaan didalam keluarga merupakan hal yang sangat didambakan oleh setiap individu, terutama bagi para lanjut usia. Berkumpul bersama pasangan, anak, cucu, membuat harapan hidup para lanjut usia bertambah panjang dan hubungan yang baik diantara semua anggota keluarga merupakan suatu kebahagiaan yang besar bagi para lanjut usia (Turner & Helms, 1995 : 215).
Menurut Mullins dan Dugan (dalam Nanik Afida, 2000 : 185) menyatakan bahwa anggota keluarga, terutama anak – anak cenderung menyumbang lebih besar terhadap kebahagiaan para lanjut usia daripada teman – teman. Sumbangan ini dapat beripa dukungan emosional, penjagaan kesehatan, dan dukungan finansial. Selain itu, perhatian dan kasih sayang yang diberikan oleh anak – anaknya dapat meningkatkan kepuasan serta rasa aman, sehingga membuat para lanjut usia merasa kebutuhan berafiliasinya terpenuhi.Dari beberapa uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa jika sedang mengalami depresi, individu termotivasi untuk mencari orang lain yang mengalami situasi yang sama. Alasannya ada dua macam. Pertama, berkumpul dengan orang lain dan berbicara kepada mereka tentang keadaan yang dialami tampaknya dapat menolong untuk mengurangi depresi yang dialaminya. Kedua, dengan membandingkan reaksi individu itu sendiri dengan orang lain, sehingga individu dapat lebih mampu mengatur dan mengevaluasi perasaan individu tersebut. Dengan kata lain, individu dapat mengurangi depresi yang dialaminya dengan cara berafiliasi dengan orang lain.
Gejala
Depresi Individu yang terkena depresi
pada
umumnya menunjukkan gejala psikis, gejala fisik & sosial yang khas, seperti
murung, sedih berkepanjangan, sensitif, mudah marah dan tersinggung, hilangnya
rasa percaya diri hilangnya konsentrasi dan menurunnya daya tahan. Namun
yang perlu diingat, setiap orang mempunyai perbedaan yang mendasar, yang
memungkinkan suatu peristiwa atau perilaku dihadapi secara berbeda dan
memunculkan reaksi yang berbeda antara satu orang dengan yang lain.
Menurut
Frank J., Bruno dalam Bukunya Mengatasi Depresi (1997) mengemukan bahwa ada
beberapa tanda dan gejala depresi, yakni:
- Secara umum tidak pernah merasa senang dalam hidup ini. Tantangan yang ada, proyek, hobi, atau rekreasi tidak memberikan kesenangan
- Distorsi dalam perilaku makan. Orang yang mengalami depresi tingkat sedang cenderung untuk makan secara berlebihan, namun berbeda jika kondisinya telah parah seseorang cenderung akan kehilangan gairah makan.
- Gangguan tidur. Tergantung pada tiap orang dan berbagai macam faktor penentu, sebagian orang mengalami depresi sulit tidur. Tetapi dilain pihak banyak orang mengalami depresi justru terlalu banyak tidur,
- Gangguan dalam aktivitas normal seseorang. Seseorang yang mengalami depresi mungkin akan mencoba melakukan lebih dari kemampuannya dalam setiap usaha untuk mengkomunikasikan idenya
- Kurang energi. Orang yang mengalami depresi cenderung untuk mengatakan atau merasa, saya selalu merasa lelah atau saya capai. Ada anggapan bahwa gejala itu disebabkan oleh faktor-faktor emosional, bukan faktor biologis
- Keyakinan bahwa seseorang mempunyai hidup yang tidak berguna, tidak efektif. orang itu tidak mempunyai rasa percaya diri. Pemikiran seperti, saya menyia-nyiakan hidup saya, atau saya tidak bisa mencapai banyak kemajuan, seringkali terjadi.
- Kapasitas menurun untuk bisa berpikir dengan jernih dan untuk memecahkan masalah secara efektif. Keluhan umum yang sering terjadi adalah, saya tidak bisa berkonsentrasi.
- Perilaku merusak diri tidak langsung. contohnya: penyalahgunaan alcohol atau narkoba, nikotin, dan obat-obat lainnya. makan berlebihan, terutama kalau seseorang mempunyai masalah kesehatan seperti misalnya menjadi gemuk, diabetes, hypoglycemia, atau diabetes, bisa juga diidentifikasi sebagai salah satu jenis perilaku merusak diri sendiri secara tidak langsung.
- Mempunyai pemikiran ingin bunuh diri. (tentu saja, bunuh diri yang sebenarnya, merupakan perilaku merusak diri sendiri secara langsung.
5 tips efektif mengatasi
depresi :
- Biarkan
tubuh mendapat cukup cahaya dan sinar matahari
Kurangnya paparan sinar matahari akan memicu keluarnya hormon melatonin lebih banyak. Hormon ini dapat memicu perasaan putus asa dan depresi.
Hormon melatonin keluar jika seseorang ada dalam ruangan yang gelap. Kebanyakan melatonin dapat menurunkan suhu tubuh dan membuat orang lemas.
Jika orang yang sedang merasa depresi selalu mengurung diri di dalam kamar dengan tirai tertutup, maka akan sulit baginya mengatasi depresi. - Menyibukkan
diri
Dengan menyibukkan diri, orang akan dapat terinspirasi untuk dapat berbuat lebih baik. Hal ini akan lebih mungkin untuk mengatasi depresi. Cobalah untuk melakukan kegiatan yang disukai, seperti berjalan santai di taman, berolahraga, membaca buku atau terlibat dalam kegiatan apapun yang dapat membangkitkan gairah dan membuat hati senang.
Tetapkan tujuan-tujuan yang berarti dalam hidup. Dengan sikap positif semacam ini, Anda akan mencapai suatu disposisi ceria untuk mengalahkan perasaan putus asa dan depresi. - Cukup
istirahat dan waktu relaksasi
Mendengarkan musik yang menenangkan, berendam dalam air hangat atau melakukan pijat untuk merelaksasikan otot dapat mengurangi depresi dengan efektif. - Makan
sehat dan tetap bugar
Hindari makanan yang mengandung banyak gula, kafein, atau alkohol. Gula dan kafein dapat memberikan energi instan, tapi nantinya akan membawa kecemasan, ketegangan dan masalah internal.
Sedangkan alkohol adalah depresan. Banyak orang akan minum alkohol untuk melupakan masalahnya. Tapi itu justru hanya memperparah kondisinya.
Berolahraga secara teratur adalah perusak dari depresi, karena memungkinkan tubuh untuk memproduksi endorfin lebih dari biasanya. Endorfin kadang-kadang disebut ‘zat kimia bahagia’ karena dapat mengurangi stres dan pendorong rasa bahagia yang alami. - Dukungan
moral orang terdekat dan bersosialisasi dengan lingkungan
Keluarga, sahabat, teman bahkan tetangga adalah orang-orang yang dapat memberikan dukungan moral kepada Anda. Menghabiskan waktu dan terlibat dalam kegiatan yang bermanfaat bersama orang-orang terdekat dapat memberikan perasaan yang sangat memuaskan.
Jangan pernah meremehkan kekuatan sentuhan. Rangkulan atau pelukan dari orang-orang terdekat dapat menjadi obat ampuh yang dapat menghilangkan stres dan membunuh
depresi.
Selain itu, cinta dan hubungan dekat dengan keluarga serta teman, dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan menangkal segala macam penyakit. Juga dapat membuat Anda merasa lebih aman, nyaman dan bahagia.
Selain itu, cinta dan hubungan dekat dengan keluarga serta teman, dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan menangkal segala macam penyakit. Juga dapat membuat Anda merasa lebih aman, nyaman dan bahagia.
DAFTAR
PUSTAKA
Muhammad izzudin
taufiq, 2006. Panduan lengkap dan pratik psikologi islam. Depok: gema insani
Dra. Ni nengah
susanti M, kes,2000 .psikologi kehamilan.jakarta :buku kedokteran EGC
Yustinus semiun,
OFM,2006. Kesehatan mental 2, yogyakarta:kanisius.
Davis A tomb,
1999. Buku saku psikiatri, jakarta : buku kedokteran EGC