Jumat, 29 April 2016

teknik terapi humanistik

  HUMANISTIK 

Sejarah Psikologi Humanistik – Eksistensial 
 
Istilah psikologi humanistik (Humanistic Psychology) diperkenalkan oleh sekelompok ahli psikologi yang pada awal tahun 1960-an bekerja sama di bawah kepemimpinan Abraham Maslow dalam mencari alternatif dari dua teori yang sangat berpengaruh atas pemikiran intelektual dalam psikologi. Kedua teori yang dimaksud adalah psikoanalisis dan behaviorisme. Maslow menyebut psikologi humanistik sebagai “kekuatan ketiga” (a third force). Meskipun tokoh-tokoh psikologi humanistik memiliki pandangan yang berbeda-beda, tetapi mereka berpijak pada konsepsi fundamental yang sama mengenai manusia, yang berakar pada salah satu aliran filsafat modern, yaitu eksistensialisme. Eksistensialisme adalah hal yang mengada-dalam dunia (being-in-the-world), dan menyadari penuh akan keberadaannya (Koeswara, 1986 : 113). Eksistensialisme menolak paham yang menempatkan manusia semata-mata sebagai hasil bawaan ataupun lingkungan. Psikologi eksistensial humanistic berfokus pada kondisi manusia. Sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia seolah-olah suatu kesatuan teknik – teknik yang digunakan untuk mempengaruhi klien. Pendekatan terapi eksistensial bukan suatu pendekatan terapi tunggal, melainkan suatu pendekatan yang mencakup terapi – terapi yang berlainan yang kesemuanya berlandaskan konsep – konsep dan asumsi – asumsi tentang manusia. Terapi Psikodinamik cendrung memusatkan perhatian pada proses tak sadar seperti konflik-konflik internal yang terletak diluar kesadaran. Terapi humanisitik-eksistensial juga lebih memusatkan perhatian pada apa yang dialami klien pada masa sekarang “disini dan kini” dan bukan masa lampau. Ada persamaan antara terapi psikodinamik dengan terapi-terapi humanistic eksistensial yaitu kaduanya meyakini pada peristiwa masa lampau dapat mempengaruhi tingkah laku dan perasaan individu sekarang dan keduanya juga berusaha meningkatkan pemahaman diri dan kesadaran diri klien.


Teknik Terapi
Teknik utama eksistensial humanistik pada dasarnya adalah penggunaan pribadi konselor dan hubungan konselor-konseli sebagai kondisi perubahan. Namun eksistensial humanistik juga merekomendasikan beberapa teknik (pendekatan) khusus seperti menghayati keberadaan dunia obyektif dan subyektif klien, pengalaman pertumbuhan simbolik (suatu bentuk interpretasi dan pengakuan dasar tentang dimensi-dimensi simbolik dari pengalaman yang mengarahkan pada kesadaran yang lebih tinggi, pengungkapan makna, dan pertumbuhan pribadi).
Teknik dalam terapi ini antara lain:

  • Penerimaan
  • Rasa hormat 
  • Pemahaman
  • Menentramkan hati 
  • Pertanyaan terbatas 
  • Memantulkan pertanyaan dan perasaan
Pada saat terapis menemukan keseluruhan dari diri klien, maka saat itulah proses terapeutik berada pada saat yang terbaik. Penemuan kreatifitas diri terapis muncul dari ikatan saling percaya dan kerjasama yang bermakna dari klien dan terapis. Proses konseling oleh para eksistensial meliputi tiga tahap yaitu:

Teknik-teknik Terapi Humanistik
1.       Person-Centered Therapy (Carl R. Rogers)
2.      Gestalt Therapy (Fritz Perls)
3.      Transactional Analysis (Eric Berne)
4.      Rational-Emotive Therapy (Albert Ellis
5.      Existential Analysis (Rollo May, James F. T. Bugental) dan Logotherapy (Viktor Frankl)
Teknik Terapi yang terbai menurut saya adalah teknik Gestalt Therapy oleh Fritz Perls.

Terapi Gestalt adalah suatu terapi yang eksistensial yang menekankan kesadaran disini dan sekarang. Konsep-konsep utamanya mencakup penerimaan tanggung jawaab pribadi, hidup pada saat sekarang, pengalaman langsung, penghindaran diri, urusan yang tidak sesuai dan penembusan jalan buntu.

Sasaran terapeutik utamanya adalah menantang klien untuk beralih dari dukungan lingkungan kepada dukungan sendiri. Dalam pendekatan ini, terapis membantu klien agar mengalami penuh segenap perasaannya dan supaya klien mampu membuat penafsiran-penafsiran sendiri. Serta terapis lebih memusatkan perhatian pada bagaimana klien bertindak adar klien merasa membaik.

Salah satu kelebihan terapi Gestalt adalah pengalaman-pengalaman masa lampau klien yang relevan dibawa ke saat sekarang, sehingga hasilnya jauh lebih baik disbanding dengan hanya membicarakan keterangan histiris klien secara abstrak. Akan tetapi, terapi Gestalt cenderung anti-intelektual dalam arti kurang memperhitungkan factor-faktor kognitif.


sumber :


Corey, Gerald. (1995). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung : PT. Eresku.
Modul Bimbingan dan Konseling - PLPG Kuota. (2008). Surabaya: Unesa.


Lubis, Lumongga Namora. (2011). Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Sabtu, 23 April 2016

kekurangan dan kelebihan terapi humanistik



Teknik-teknik Terapi Humanistik
1.       Person-Centered Therapy (Carl R. Rogers)
2.      Gestalt Therapy (Fritz Perls)
3.      Transactional Analysis (Eric Berne)
4.      Rational-Emotive Therapy (Albert Ellis
5.     Existential Analysis (Rollo May, James F. T. Bugental) dan Logotherapy (Viktor Frankl
- Tujuan terapi
Memiliki tujuan mengembalikan individu kepada pemikiran autentik tentang dirinya. Tanggung jawab personal terhadap diri, perasaan, perilaku, dan pilihan ditekankan. Individu didorong untuk hidup sepenuhnya pada masa kini dan memandang masa depan.
- Kelebihan
1. Bersifat pembentukan kepribadian, hai nurani, perubahan sikap, analisis terhadap fenomena social
2. Pendekatan terapi eksistensial lebih cocok digunakan pada perkembangan klien seperti masalah karier, kegagalan dalam perkawinan, pengucilan dalam pergaulan antaupun masa transisisi dalam perkembangan dari remaja menjadi dewasa.
- Kekurangan
1. Pendekatan ini kurang sistematis pada prinsip-prinsip dan praktek terapi.
2. Beberapa penulis eksistensialisme menggunakan konsep abstrak atau global dan samar-samar. Sulit untuk dipegang.
3. Memiliki keterbatasan penerapan pada kasus level keberfungsian klien yang rendah, klien yang ekstrem yang membutuhkan penanganan secara langsung
4. Proses terapi membutuhkan waktu yang panjang dan ketidakpastian kapan berakhir, berapa jam dan berapa kali pertemuan.
Sumber : Corey, Gerald. (1988). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT Eresco.